Posts filed under ‘Kepastian’

Ibadah Puasa

Allah Berfirman :

” Wahai orang-orang yang beriman, telah wajib ke atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan ke atas umat-umat yang sebelum kamu, semuga kamu menjadi orang yang bertakwa.”

Surah Al Baqarah, ayat 183

 

Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ahmad, An- Nasa’i dan Al Baihaqi dari Abu Hurairah :

“Sesungguhnya telah datang kepada kamu bulan Ramadhan bulan yang penuh berkat. Allah telah fardhukan ke atas kamu berpuasa padanya. Sepanjang bulan Ramadhan itu dibuka segala pintu Syurga dan ditutup segala pintu neraka serta dibelenggu segala syaitan…….”

Puasa artinya menahan diri dari makan dan minum dan dari segala perbuatan yang boleh membatalkan puasa, mulai terbit fajar hinggalah terbenam matahari.

Puasa terbagi atas :

Puasa Wajib : adalah Puasa bulan Ramadan, puasa kifarat dan puasa nazar.

Puasa Sunah :

  • Puasa enam hari pada bulan Syawal
  • Puasa hari Arafah
  • Puasa Hari Asyura pada 10 Muharam
  • Puasa bulan Syaaban
  • Puasa Isnin dan Khamis
  • Puasa tengah bulan iaitu 13,14,15 pada tiap-tiap bulan qamaria (tahun Hijrah)

Puasa Makruh :

  • Puasa yang terus menerus sepanjang masa
  • Tidak termasuk dua hari raya dan hari tasyriq

Puasa Haram :

  • Puasa pada hari raya pertama Idil Fitri
  • Puasa pada hari raya pertama Haji
  • Puasa tiga hari sesudah hari raya haji atau hari tasyriq iaitu pada 11,12, dan 13 Zulhijjah.

Syarat Wajib Puasa :

  • Berakal
  • Akhir Baligh (Cukup umur)
  • Kuat atau mampu mengerjakan puasa

Syarat Sah Puasa :

  • Islam
  • Mumayyiz (dapat membezakan yang baik dan buruk)
  • Suci daripada haid dan nifas
  • Dalam waktu yang dibolehkan berpuasa.

Rukun Puasa :

  • Berniat – Pada malam selama bulan Ramadhan hendaklah berniat di dalam hati bahawa kita akan mengerjakan puasa pada hari esok.
  • Menahan diri daripada segala yang membatalkan semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari.

Perkara yang membatalkan puasa :

  • Makan dan minum dengan sengaja
  • Muntah dengan sengaja
  • Bersetubuh tanpa keluar mani pada siang hari bulan Ramadhan
  • Keluar darah haid atau nifas
  • Gila
  • Keluar mani akibat bersetubuh dengan perempuan. Tetapi keluar mani kerana bermimpi tidak membatalkan puasa.

Orang yang diizinkan tidak puasa atau berbuka :

  • Orang yang sakit
  • Orang yang dalam perjalanan jarak jauh melebihi 52 batu atau 80.64 km.
  • Orang tua yang sudah lemah
  • Orang yang hamil dan orang yang menyusukan anak.

sumber : http://www.darulnuman.com/

September 26, 2007 at 4:55 am 2 komentar

MENGAPA KEBUDAYAAN JAWA MENGALAMI KEMUNDURAN YANG SIGNIFIKAN?

Pengantar

Manusia Jawa adalah mayoritas di Indonesia. Nasib bangsa Indonesia sangat tergantung kepada kemampuan penalaran, skill, dan manajemen manusia Jawa (MJ). Sayang sekali s/d saat ini, MJ mengalami krisis kebudayaan; hal ini disebabkan Kebudayaan Jawa (KJ) dibiarkan merana, tidak terawat, dan tidak dikembangkan oleh pihak2 yang berkompeten (TERUTAMA OLEH POLITISI). Bahkan KJ terkesan dibiarkan mati merana digerilya oleh kebudayaan asing (terutama dari timur tengah/Arab). Mochtar Lubis dalam bukunya: Manusia Indonesia Baru, juga mengkritisi watak2 negatip manusia Jawa seperti munafik, feodal, malas, tidak suka bertanggung jawab, suka gengsi dan prestis, dan tidak suka bisnis (lebih aman jadi pegawai).
Kemunduran kebudayaan Jawa tidak lepas dari dosa regim Orde Baru. Strategi regim Soeharto untuk melepaskan diri dari tuannya (USA dkk.) dan tekanan kaum reformis melalui politisasi agama Islam menjadikan Indonesia mengarah ke ideologi Timur Tengah (Arab). Indonesia saat ini (2007) adalah kembali menjadi ajang pertempuran antara: Barat lawan Timur Tengah, antara kaum sekuler dan kaum Islam, antara modernitas dan kekolotan agama. (mohon dibaca artikel yang lain dulu, sebaiknya sesuai no. urut)

Boleh diibaratkan bahwa manusia Jawa terusmenerus mengalami penjajahan, misalnya penjajahan oleh:
– Bs. Belanda selama 300 tahunan
– Bs. Jepang selama hampir 3 tahunan
– Regim Soeharto/ORBA selama hampir 32 tahun (Londo Ireng).
– Negara Adidaya/perusahaan multi nasioanal selama ORBA s/d saat ini.
– Sekarang dan dimasa dekat, bila tidak hati2, diramalkan bahwa Indonesia akan menjadi negara boneka Timur Tengah/Arab Saudi (melalui kendaraan utama politisasi agama).

Kemunduran kebudayaan manusia Jawa sangat terasa sekali, karena suku Jawa adalah mayoritas di Indonesia, maka kemundurannya mengakibatkan kemunduran negara Indonesia, sebagai contoh kemunduran adalah terpaan berbagai krisis yang tak pernah selesai dialami oleh bangsa Indonesia. Politisasi uang dan agama mengakibatkan percepatan krisis kebudayaan Jawa, seperti analisa dibawah ini.
Gerilya Kebudayaan
Negara2 TIMTENG/ARAB harus berjuang sekuat tenaga dengan cara apapun untuk mendapat devisa selain dari kekayaan minyak (petro dollar), hal ini mengingat tambang minyak di Timur Tengah (TIMTENG/Arab) adalah terbatas umurnya; diperkirakan oleh para ahli bahwa umur tambang minyak sekitar 15 tahun lagi, disamping itu, penemuan energi alternatip akan dapat membuat minyak turun harganya. Begitu negara Timur Tengah mendapat angin dari regim Orde Baru, Indonesia lalu bagaikan diterpa badai gurun Sahara yang panas! Pemanfaatan agama (politisasi agama) oleh negara asing (negara2 Arab) untuk mendominasi dan menipiskan kebudayaan setempat (Indonesia) mendapatkan angin bagus, ini berlangsung dengan begitu kuat dan begitu vulgarnya. Gerilya kebudayaan asing lewat politisasi agama begitu gencarnya, terutama lewat media televisi, majalah, buku dan radio. Gerilya kebudayaan melalui TV ini sungguh secara halus-nylamur-tak kentara, orang awam pasti sulit mencernanya! Berikut ini adalah gerilya kebudayaan yang sedang berlangsung:
– Dalam sinetron, hal-hal yang berbau mistik, dukun, santet dan yang negatip sering dikonotasikan dengan manusia yang mengenakan pakaian adat Jawa seperti surjan, batik, blangkon kebaya dan keris; kemudian hal-hal yang berkenaan dengan kebaikan dan kesucian dihubungkan dengan pakaian keagamaan dari Timur Tengah/Arab. Kebudayaan yang Jawa dikalahkan oleh yang Timur Tengah.
– Artis2 film dan sinetron digarap duluan mengingat mereka adalah banyak menjadi idola masyarakat muda (yang nalarnya kurang jalan). Para artis, yang blo’oon politik ini, bagaikan di masukan ke salon rias Timur Tengah/Arab, untuk kemudian ditampilkan di layar televisi, koran, dan majalah demi membentuk mind set (seting pikiran) yang berkiblat ke Arab.
– Bahasa Jawa beserta ungkapannya yang sangat luas, luhur, dalam, dan fleksibel juga digerilya. Dimulai dengan salam pertemuan yang memakai assalam…dan wassalam…. Dulu kita bangga dengan ungkapan: Tut wuri handayani, menang tanpo ngasorake, gotong royong, dsb.; sekarang kita dibiasakan oleh para gerilyawan kebudayaan dengan istilah2 asing dari Arab, misalnya: amal maruh nahi mungkar, saleh dan soleha, dst. Untuk memperkuat gerilya, dikonotasikan bahwa bhs. Arab itu membuat manusia dekat dengan surga! Sungguh cerdik dan licik.
– Kebaya, modolan dan surjan diganti dengan jilbab, celana congkrang, dan jenggot ala orang Arab. Nama2 Jawa dengan Ki dan Nyi (misal Ki Hajar …) mulai dihilangkan, nama ke Arab2an dipopulerkan. Dalam wayang kulit, juga dilakukan gerilya kebudayaan: senjata pamungkas raja Pandawa yaitu Puntadewa menjadi disebut Kalimat Syahadat (jimat Kalimo Sodo), padahal wayang kulit berasal dari agama Hindu (banyak dewa-dewinya yang tidak Islami), jadi bukan Islam; bukankah ini sangat memalukan? Gending2 Jawa yang indah, gending2 dolanan anak2 yang bagus semisal: jamuran, cublak2 suweng, soyang2, dst., sedikit demi sedikit digerilya dan digeser dengan musik qasidahan dari Arab. Dibeberapa tempat (Padang, Aceh, Jawa Barat) usaha menetapkan hukum syariah Islam terus digulirkan, dimulai dengan kewajiban berjilbab! Kemudian, mereka lebih dalam lagi mulai mengusik ke bhinekaan Indonesia, dengan berbagai larangan dan usikan bangunan2 ibadah dan sekolah non Islam.
– Gerilya lewat pendidikan juga gencar, perguruan berbasis Taman Siswa yang nasionalis, pluralis dan menjujung tinggi kebudayaan Jawa secara lambat namun pasti juga digerilya, mereka ini digeser oleh madrasah2/pesantren2. Padahal Taman Siswa adalah asli produk perjuangan dan merupakan kebanggaan manusia Jawa. UU Sisdiknas juga merupakan gerilya yang luar biasa berhasilnya. Sekolah swasta berciri keagamaan non Islam dipaksa menyediakan guru beragama Islam, sehingga ciri mereka lenyap.
– Demikian pula dengan perbankan, mereka ingin eksklusif dengan bank syariah, dengan menghindari kata bunga/rente/riba; istilah ke Arab2an pun diada-adakan, walau nampak kurang logis! Seperti USA memakai IMF, dan orang Yahudi menguasai finansial, maka manusia Arab ingin mendominasi Indonesia memakai strategi halal-haramnya pinjaman, misalnya lewat bank syariah.
– Keberhasilan perempuan dalam menduduki jabatan tinggi di pegawai negeri (eselon 1 s/d 3) dikonotasikan/dipotretkan dengan penampilan berjilbab dan naik mobil yang baik. Para pejabat eselon ini lalu memberikan pengarahan untuk arabisasi pakaian dinas di kantor masing2.
– Di hampir pelosok P. Jawa kita dapat menyaksikan bangunan2 masjid yang megah, dana pembangunan dari Arab luar biasa besarnya. Bahkan organisasi preman bentukan militer di jaman ORBA, yaitu Pemuda Pancasila, pun mendapatkan grojogan dana dari Timur Tengah untuk membangun pesantren2 di Kalimantan, luar biasa!
– Fatwa MUI pada bulan Agustus 2005 tentang larangan2 yang tidak berdasar nalar dan tidak menjaga keharmonisan masyarakat sungguh menyakitkan manusia Jawa yang suka damai dan harmoni. Bila ulama hanya menjadi sekedar alat politik, maka panglima agama adalah ulama politikus yang mementingkan uang, kekuasaan dan jabatan saja; efek keputusan tidak mereka hiraukan. Sejarah ORBA membuktikan bahwa MUI dan ICMI adalah alat regim ORBA yang sangat canggih. Saat ini, MUI boleh dikata telah menjadi alat negara asing (Arab) untuk menguasai
– Dimasa lalu, banyak orang cerdas mengatakan bahwa Wali Songo adalah bagaikan MUI sekarang ini, dakwah mereka penuh gerilya kebudayaan dan politik. Manusia Majapahit digerilya, sehingga terdesak ke Bromo (suku Tengger) dan pulau Bali. Mengingat negara baru memerangi KKN, mestinya fatwa MUI adalah tentang KKN (yang relevan), misal pejabat tinggi negara yang PNS yang mempunyai tabungan diatas 3 milyar rupiah diharuskan mengembalikan uang haram itu (sebab hasil KKN), namun karena memang ditujukan untuk membelokan pemberantasan KKN, yang terjadi justru sebaliknya, fatwanya justru yang aneh2 dan merusak keharmonisan kebhinekaan Indonesia!
– Buku2 yang sulit diterima nalar, dan secara ngawur dan membabi buta ditulis hanya untuk melawan dominasi ilmuwan Barat saat ini membanjiri pasaran di Indonesia. Rupanya ilmuwan Timur Tengah ingin melawan ilmuwan Barat, semua teori Barat yang rasional-empiris dilawan dengan teori Timur Tengah yang berbasis intuisi-agamis (berbasis Al-Quran), misal teori kebutuhan Maslow yang sangat populer dilawankan teori kebutuhan spiritual Nabi Ibrahim, teori EQ ditandingi dengan ESQ, dst. Masyarakat Indonesia harus selalu siap dan waspada dalam memilih buku yang ingin dibacanya.
– Dengan halus, licik tapi mengena, mass media, terutama TV dan radio, telah digunakan untuk membunuh karakater (character assasination) budaya Jawa dan meninggikan karakter budaya Arab (lewat agama)! Para gerilyawan juga menyelipkan filosofis yang amat sangat cerdik, yaitu: kebudayaan Arab itu bagian dari kebudayaan pribumi, kebudayaan Barat (dan Cina) itu kebudayaan asing; jadi harus ditentang karena tidak sesuai! Padahal kebudayaan Arab adalah sangat asing!
– Gerilya yang cerdik dan rapi sekali adalah melalui peraturan negara seperti undang-undang, misalnya hukum Syariah yang mulai diterapkan di sementara daerah, U.U. SISDIKNAS, dan rencana UU Anti Pornografi dan Pornoaksi (yang sangat bertentangan dengan Bhineka Tunggal Ika dan sangat menjahati/menjaili kaum wanita dan pekerja seni). Menurut Gus Dur, RUU APP telah melanggar Undang-Undang Dasar 1945 karena tidak memberikan tempat terhadap perbedaan. Padahal, UUD 1945 telah memberi ruang seluas-luasnya bagi keragaman di Indonesia. RUU APP juga mengancam demokrasi bangsa yang mensyaratkan kedaulatan hukum dan perlakuan sama terhadap setiap warga negara di depan hukum. Gus Dur menolak RUU APP dan meminta pemerintah mengoptimalkan penegakan undang-undang lain yang telah mengakomodir pornografi dan pornoaksi. “Telah terjadi formalisasi dan arabisasi saat ini. Kalau sikap Nahdlatul Ulama sangat jelas bahwa untuk menjalankan syariat Islam tidak perlu negara Islam,” ungkapnya. (Kompas, 3 Maret 2006).

– Puncak gerilya kebudayaan adalah tidak diberikannya tempat untuk kepercayaan asli, misalnya Kejawen, dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan urusan pernikahan/perceraian bagi kaum kepercayaan asli ditiadakan. Kejawen, harta warisan nenek moyang, yang kaya akan nilai: pluralisme, humanisme, harmoni, religius, anti kekerasan dan nasionalisme, ternyata tidak hanya digerilya, melainkan akan dibunuh dan dimatikan secara perlahan! Sungguh sangat disayangkan! Urusan perkawinan dan kematian untuk MJ penganut Kejawen dipersulit sedemikian rupa, urusan ini harus dikembalikan ke agama masing2! Sementara itu aliran setingkat Kejawen yang disebut Kong Hu Chu yang berasal dari RRC justru disyahkan keberadaannya. Sungguh sangat sadis para gerilyawan kebudayaan ini!
– Gerilya kebudayaan juga telah mempengaruhi perilaku manusia Jawa, orang Jawa yang dahulu dikenal lemah-lembut, andap asor, cerdas, dan harmoni; namun sekarang sudah terbalik: suka kerusuhan dan kekerasan, suka menentang harmoni. Bayangkan saja, kota Solo yang dulu terkenal putri nya yang lemah lembut (putri Solo, lakune koyo macan luwe) digerilya menjadi kota yang suka kekerasan, ulama Arab (Basyir) mendirikan pesantren Ngruki untuk mencuci otak anak2 muda. Akhir2 ini kota Solo kesulitan mendatangkan turis manca negara, karena kota Solo sudah diidentikan dengan kekerasan sektarian. Untuk diketahui, di Pakistan, banyak madrasah disinyalir dijadikan tempat brain washing dan baiat. Banyak intelektual muda kita di universitas2 yang kena baiat (sumpah secara agama Islam, setelah di brain wahing) untuk mendirikan NII (negara Islam Indonesia) dengan cara menghalalkan segala cara. Berapa banyak madrasah/pesantren di Indonesia yang dijadikan tempat2 cuci otak anti pluralisme dan anti harmoni? Banyak! Berapa jam pelajaran dihabiskan untuk belajar agama (ngaji) dan bahasa Arab? Banyak, diperkirakan sampai hampir 50% nya! Tentu saja ini akan sangat mempengaruhi turunnya perilaku dan turunnya kualitas SDM bgs. Indonesia secara keseluruhan! Maraknya kerusuhan dan kekerasan di Indonesia bagaikan berbanding langsung dengan maraknya madrasah dan pesantren2. Berbagai fatwa MUI yang menjungkirbalikan harmoni dan gotong royong manusia Jawa gencar dilancarkan!

– Sejarah membuktikan bagaimana kerajaan Majapahit, yang luarbiasa jaya, juga terdesak melalui gerilya kebudayaan Arab sehingga manusianya terpojok ke Gn. Bromo (suku Tengger) dan P. Bali (suku Bali). Mereka tetap menjaga kepercayaannya yaitu Hindu. Peranan wali Songo saat itu sebagai alat politis (mirip MUI dan ICMI saat ini) adalah besar sekali! Semenjak saat itu kemunduran kebudayaan Jawa sungguh luar biasa!
Tanda-tanda Kemunduran Budaya Jawa
Kemunduran kebudayaan manusia Jawa sangat terasa sekali, karena suku Jawa adalah mayoritas di Indonesia, maka kemundurannya mengakibatkan kemunduran negara Indonesia, sebagai contoh kemunduran adalah:
– Orang2 hitam dari Afrika (yang budayanya dianggap lebih tertinggal) ternyata dengan mudah mempedayakan masyarakat kita dengan manipulasi penggandaan uang dan jual-beli narkoba.
– Orang Barat mempedayakan kita dengan kurs nilai mata uang. Dengan $ 1 = k.l Rp. 10000, ini sama saja penjajahan baru. Mereka dapat bahan mentah hasil alam dari Indonesia murah sekali, setelah diproses di L.N menjadi barang hitech, maka harganya jadi selangit. Nilai tambah pemrosesan/produksi barang mentah menjadi barang jadi diambil mereka (disamping membuka lapangan kerja). Indonesia terus dengan mudah dikibulin dan dinina bobokan untuk menjadi negara peng export dan sekaligus pengimport terbesar didunia, sungguh suatu kebodohan yang maha luar biasa.
– Orang Jepang terus membuat kita tidak pernah bisa bikin mobil sendiri, walau industri Jepang sudah lebih 30 tahun ada di Indonesia. Semestinya bangsa ini mampu mendikte Jepang dan negara lain untuk mendirikan pabrik di Indonesia, misalnya pabrik: Honda di Sumatra, Suzuki di Jawa, Yamaha di Sulawesi, dst. Ternyata kita sekedar menjadi bangsa konsumen dan perakit.
– Orang Timur Tengah/Arab dengan mudah menggerilya kebudayaan kita seperti cerita diatas; disamping itu, Indonesia adalah termasuk pemasok devisa haji terbesar! Kemudian, dengan hanya Asahari, Abu Bakar Baasyir dan Habib Riziq (FPI), cukup beberapa gelintir manusia saja, Indonesia sudah dapat dibuat kalang kabut oleh negara asing! Sungguh keterlaluan dan memalukan!
– Kalau dulu banyak mahasiswa Malaysia studi ke Indonesia, sekarang posisinya terbalik: banyak mahasiswa Indonesia belajar ke Malaysia (bahkan ke S’pore, Thailand, Pilipina, dst.). Konyol bukan?
– Banyak manusia Jawa yang ingin kaya secara instant, misalnya mengikuti berbagai arisan/multi level marketing seperti pohon emas, dst., yang tidak masuk akal!
– Dalam beragamapun terkesan jauh dari nalar, bijak dan jauh dari cerdas, terkesan hanya ikut2an saja. Beragama tidak harus menjiplak kebudayaan asal agama, dan tidak perlu mengorbankan budaya lokal.
– Sampai dengan saat ini, Indonesia tidak dapat melepaskan diri dari berbagai krisis (krisis multi dimensi), kemiskinan dan pengangguran justru semakin meningkat, padahal negara tetangga yang sama2 mengalami krisis sudah kembali sehat walafiat! Peran manusia Jawa berserta kebudayaannya, sebagai mayoritas, sangat dominan dalam berbagai krisis yang dialami bangsa ini.

 

Penutup

Beragama tidak harus menjiplak kebudayaan asal agama. Gus Dur mensinyalir telah terjadi arabisasi kebudayaan. Kepentingan negara asing untuk menguasai bumi dan alam Indonesia yang kaya raya dan indah sekali sungguh riil dan kuat sekali, kalau negara modern memakai teknologi tinggi dan jasa keuangan, sedangkan negara lain memakai politisasi agama beserta kebudayaannya. Indonesia saat ini (2007) adalah sedang menjadi ajang pertempuran antara dua ideologi besar dunia: Barat lawan Timur Tengah, antara kaum sekuler dan kaum Islam, antara modernitas dan kekolotan agama. CLASH OF CIVILIZATION antar dua ideologi besar di dunia ini, yang sudah diramalkan oleh sejarahwan kelas dunia – Samuel Hutington dan Francis Fukuyama.

Tanpa harus menirukan/menjiplak kebudayaan Arab, Indonesia diperkirakan dapat menjadi pusat Islam (center of excellence) yang modern bagi dunia. Seperti pusat agama Kristen modern, yang tidak lagi di Israel, melainkan di Itali dan Amerika. Beragama tanpa nalar disertai menjiplak budaya asal agama tersebut secara membabi buta hanya akan mengakibatkan kemunduran budaya lokal sendiri! Maka bijaksana, kritis, dan cerdik sangat diperlukan dalam beragama.

sumber : http://hatinurani21.wordpress.com/

Forum Religiositas Agama

September 22, 2007 at 12:20 am 12 komentar

Antara Syariat dan Tasawuf

Penulis pada saat ini ingin menyuarakan pandangan hati berkenaan dengan hubungan antara syariat dan tasawuf di dalam Islam. Topik ini dirasakan amat signifikan memandangkan kepada wajah persekitaran kita yang kian membeku dewasa ini.

 

Nur Islam telah menyuluhi hidup al insan dan telah mengeluarkannya daripada kongkongan kegelapan kepada sinaran yang terang. Allah telah pun menyempurnakan Islam seperti dalam firmanNya yang bermaksud: “Pada hari ini telah aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan aku telah cukupkan kepadamu nikmatku, dan aku telah diredhai Islam ini menjadi agamamu”(Al-Maidah:3)

 

Rasulullah telah diutuskan bersama-sama dengannya satu “pakej” yang lengkap. Allah telah menyebutkan di dalam surah Al-Ahzab, ayat 21, bahawa Muhammad itu adalah uswatun hasanah yakni contoh ikutan yang terbaik. Perutusan syariatnya yang dibawa dan tasawuf di jiwanya membentuk satu ikatan yang tidak mungkin dapat dirungkaikan.

 

Malangnya senario hari ini menyaksikan, kedapatan ramai manusia yang berusaha berlumba-lumba dalam mendalami ilmu fikah, tetapi dalam masa yang sama telah melupakan tasawwuf islamiy dan begitulah juga yang sebaliknya. Perbuatan ini pada pandangan penulis, adalah ibarat membaling najis ke langit, akhirnya terpalit pada wajah sendiri. Impaknya amat dasyat sekali kerana ia telah menjerumus ke arah pemahaman yang tempang lagi serong kepada penuntut ilmu tersebut.

 

Ini mengingatkan penulis kepada kata-kata Imam Malik r.a seperti yang dicatat di dalam buku Ali al-Adawi dari keterangan Imam Abil Hasan,ulama fikh, vol 2, m/s: 195;

 

“Barangsiapa mempelajari tasawuf tanpa fikh maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fikh tanpa tasawuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasawuf dan fikh dia meraih kebenaran”

 

Malah lebih berbahaya lagi jika dia menyebarkan risalah mengenai kefahamannya itu kepada masyarakat. Tambahan pula jika orang mendengar risalah itu tidak mempunyai asas yang kukuh, maka akan mudahlah ia terjerumus bersama-sama ke dalam serombong kesesatan.

 

Penulis ingin membawakan suatu riwayat kisah hidup seorang tokoh yang penulis rasakan beliau adalah contoh yang ideal untuk memahamkan kita bahawa adalah amat penting untuk mendalami segenap aspek ilmu di dalam Islam sebelum terjun kepada sesuatu konklusi atau keputusan.

 

Tokoh yang penulis maksudkan adalah Al Imam Hujjatul Islam, Al Ghazali. Beliau adalah seorang ahli teologi, ahli falsafah, dan di antara ahli sufi yang muktabar di dalam Islam. Lahir pada 450H/1058 M di kota Ghazalah, dekat Tus, Khurasan, Iran Utara. Nama sebenarnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Tusi al Ghazali. Susur galur ilmunya dimulai dengan mendalami ilmu fikah, kemudiannya ilmu kalam dan falsafah, diikuti dengan frasa ilmu yang terakhir yakni ilmu tasawuf.

 

Pada tahun 1091, beliau pernah menjadi Guru Besar Hukum kepada Nizam Al-Mulk (1018-1092), kemudian Perdana Menteri Sultan Maliksyah, dan kerajaan Saljuk di Madrasah Nizamiyah, Baghdad. Beliau mengajar di sana selama 4 tahun. Dalam waktu tersebut, beliau telah berjaya menghasilkan 2 karya yang amat berharga iaitu Maqasid Al-Falasifah (Maksud Ahli Falsafah) dan Tahafut Al Falasifah (Kecelaruan Ahli Falsafah).

 

2 karyanya itu telah membawa satu gelombang besar dalam dunia aliran falsafah dan ilmu kalam. Penulis amat kagum kerana Al Ghazali telah memberi tamparan yang hebat kepada ilmu logik akal yang cuba mengatasi Kalam Allah. Sesungguhnya Al Ghazali sememangnya Hujjatul Islam iaitu Pembela Islam.

 

Al Ghazali terus bersinar apabila berjaya menghasilkan Ihya’ Ulum Al-Din (Menghidupkan kembali ilmu Agama). Tidak salah jika penulis katakan bahawa Al Ghazali adalah sangat berpengaruh sehingga beliau disebut sebagai tokoh yang amat penting selepas zaman Rasulullah jika dilihat dari segi pengaruh dan peranannya dalam menata dan mengukuhkan nilai keagamaan.

 

Pada tahun 1095, Al Ghazali meninggalkan Baghdad dan mengembara dari satu negeri ke satu negeri kerana kehidupannya tergoncang oleh krisis kepercayaan. Pada mulanya beliau ke Damsyik, kemudian Hebron, Baitul Muqaddis, terus ke Makkah dan Madinah. Beliau menjalani kehidupan zuhud (asketisme) dengan mengembara selama 10 tahun.

 

Setelah itu, beliau kembali ke Nisabur pada tahun 1106 untuk mengajar di Madrasah Maimunah Nizamiyah. Tidak berapa lama, beliau pergi ke Tus, mendirikan HALAQAH (Sekolah Calon Sufi). Beliau mengasuh Halaqah sehingga ke penghujung usianya.

 

Perjalanan Intelektual dan Spiritual dalam menemukan kedamaian batin dan mengikut jalan sufi dicurahkan dalam autobiografinya yang bertajuk al-munqiz min al-dhalal (pembebas daripada kesesatan).

 

Al Ghazali telah mengkritik ahli falsafah dan akhirnya beliau memilih jalan tasawuf sebagai jalan menuju Allah. Dalam bukunya tahafut al-falasifah beliau sendiri telah menyanggah pandangan ahli falsafah yang membawa kepada kekufuran yakni hujah alam ini qadim, tuhan tidak mengetahui bahagian sekecil-kecil alam ini, dan ketiadaan kebangkitan jasmani pada hari Qiamat. Al Ghazali tega bangun ditengah-tengah gelanggang falsafah, dan merobek seluruh pemahaman yang songsang dan bercelaru itu.

 

Al Ghazali menemui kepuasan dan menemukan diri di dalam dunia tasawuf. Ternyata krisis hidupnya bukan bererti ragu, tetapi beralih arah dari dunia ke dalam batin.

 

Al Ghazali berkata, “Pada akhirnya saya sampai kepada kebenaran, bukan menerusi jalan akal budi serta pengumpulan bukti, melainkan menerusi cahaya yang dipancarkan oleh Allah ke dalam jiwaku.”

 

Berbahagialah Al Ghazali kerana telah berjaya mendamaikan antara syariat dan tasawuf. Jasanya itu amatlah besar di dalam ketamadunan Islam kerana beliau telah menzahirkan ilmu tasawuf pada jiwa umat Islam. Imam Al Ghazali juga telah berjasa dalam menyebarkan aliran As-Syairiyah yang dianut oleh majoriti Ahli Sunnah wal Jamaah (ASWJ).

 

Lihatlah wahai sahabatku, sesungguhnya usaha dalam pencarian ilmu ini amatlah jauh sekali. Janganlah sesekali kita menyangka bahawa pencarian ilmu itu sudah tamat. Sesekali tidak!! Pemahaman Islam itu memerlukan pengorbanan yang amat besar. Tidak malukah kita mendabik dada kononnya sudah menguasai sesuatu ilmu sedangkan al Ghazali sendiri pun, walau telah menghasilkan lebih daripada 280 buku, tetapi tidak pernah berasa cukup dalam penerokaannya mendalami ilmu Al Khaliq ini.

 

Penulis menyeru para netter semua dan diri penulis sendiri, agar jangan pernah berasa diri ini cukup, atau dengan bahasa mudahnya “berlagak pandai”. Kata orang tua-tua, jika kail panjang sejengkal, jangan diduga lautan dalam. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyertakan pandangan tokoh-tokoh yang dilihat kontroversi mengenai pendirian mereka tentang ilmu tasawuf ini.

 

Dalam volum 5 dari Muhammad ibn ‘Abdul Wahhab yang bertajuk ar-Rasa’il ash-Shakhsiyyah, hal 11, serta hal. 12, 61, dan 64, dia menyatakan: “Saya tidak pernah menuduh kafir Ibn ‘Arabi atau Ibn al-Fari kerana interpretasi sufinya”

 

Lanjutan dari Ibn Qayyim Al Jauziyyah :“Diantara orang terbaik adalah Sufi yang mempelajari fiqh.

 

Shaikh Rashid Ridha juga berkata, “tasawuf adalah salah satu dari tiang agama. Tujuannya adalah untuk membersihkan diri dan mempertanggungjawabkan perilaku sehari-hari dan untuk meninggikan manusia menuju maqam spiritual yang tinggi”(Majallat al-Manar, p. 726)

 

Hayatilah perjalanan hidup, onak dan duri kisah suka duka perjuangan Al Imam Hujjatul Islam Al Ghazali. Semoga kita semua mendapat iktibar dan mencontohi adabnya dalam menuntun jalan ke arah pemurnian beragama. Memahami Al Quran dan Hadith tidak cukup jika berdasarkan literal semata-mata. Unsur-unsur balaghah, majaz, asbabun nuzul, nasakh dan mansukh dan pelbagai lagi aspek perlu diberi perhatian. Memang benar kita mahu mengikut Al Quran dan As Sunnah. Tetapi bagaimanakah kita mahu mencari petunjuk untuk meneroka ke arah jalannya? Sudah tentu dengan adab-adab ilmu. Ibarat mahu menaiki tangga. Dari anak tangga pertama, tidak boleh melompat terus ke anak tangga ke sepuluh. Semestinya akan tersungkur ke bawah. Seharusnya mesti mengikut langkah demi langkah. Tapak demi tapak. Itulah langkah perjalanan bagi mereka yang bersabar

 

Marilah kita menuju ke arah kejayaan seperti mana yang telah dikecapi oleh ulama salaf dan khalaf. Coretan sejarah perlu dilebarkan demi mendepani masa mendatang. Agar Islam terus bersinar dan gemilang di bawah Nur kalimah yang Hak.

 

Demikian daripada penulis, Wassalam.

 

Khairol Al-Keriani

April 6, 2007 at 6:05 am Tinggalkan komentar

Reflections on death of the pious

“By God, next to Whom there is no other god! For a good servant there will never come a day which is more beautiful, more serene and more pleasant than the day on which the angel of death comes to him and says: ‘Do not fear, as you are going to
the All-Merciful and you return to your native country and it is a day of festival’!” This world is a place for a temporal stop, it is a prison for the believer. This existence is only on loan. This place is a pretext and suddenly the veil is being removed and takes him away and the human being returns to the Truth and enters an eternal life.

The death of a pious person is a life without end Many of them have died and are kept alive by the people.

The blessed Abu Bakr-e Zaqqaq has said: “The one who has a longing experiences at the gate of death a greater enjoyment than someone who is alive when taking honey”. These kinds of people are so full of joy at the moment of death and they know how to enjoy it as their residence is the world of those without a place. From the final Prophet come these words: “Love of your native country belongs to the faith”. The meaning of this hadith is not hidden to those who have a heart; what is clear
does not need an explanation.

The Prophet is reported to have said:

“Death is a bridge, which unites the friend with the Friend.” *

What is more beautiful in his world to long for,
As that the friend reaches the Friend?
There it was misery; here it is peace everywhere.
There it was only words, here it is an embrace.

*This is likely not a saying of the Prophet, but is probably a saying of the important Iranian Sufi Yahya ibn Mu’adh (d. ca. 871-2), the ‘preacher of hope’.).

April 6, 2007 at 4:03 am 1 komentar

Rumah Segala Penyakit

Bagaimanapun, setiap penyakit ada obatnya. Memasuki bahasan ini, kami
catat hubungannya dalam sabda Nabi : ” Perut adalah rumah dari
segala penyakit dan sumber dari segala kesembuhan adalah dengan
diet.” Diet disini berarti waspada penuh akan apa yang masuk ke
mulut dan sampai ke perut kita. Langkah awal dalam berdiet adalah
mengontrol keinginan ego untuk makan. Nabi mengatakan : ” Kami
adalah kaum yang tidak makan kecuali sedang lapar dan ketika kami
makan, tidak sampai kekenyangan.”

Kepandaian yang benar dimiliki oleh mereka yang menjaga tangannya dari
meraih sesuatu untuk bisa dimakan lagi, orang seperti itu benar-benar
menjaga egonya. Ego selalu ingin lebih – mereka selalu tamak. Jika
Allah menganugerahi kita sebuah rumah, maka ego melirik mereka yang
memiliki rumah yang lebih besar, dia ingin memiliki rumah itu. Ego
tidak akan pernah mengatakan,” Alhamdulillah, kita mempunyai
sebuah tempat untuk tinggal.” Jika seseorang memiliki satu juta
dollar, ego ingin dua juta; jika ada yang punya dua juta, ego ingin 3
juta.

Yahya bin Yahya, seorang murid Imam Malik meminta nasihat. Imam Malik
memberinya 3 nasihat, setiap hal berisi sebuah harta karun. Kata
beliau : Aku akan menyusun seluruh obat-obatan para dokter, dan hasil
dari ilmu pengobatan dalam satu kalimat adalah : jauhkan tanganmu dari
makanan selama kamu masih punya keinginan untuk makan.

Dengan mengikuti nasihat itu, orang tidak akan melihat penyakit selama
hidupnya. Yang paling penting adalah melatih ego untuk mendengar dan
menerima kebenaran. Perang dengan nafsu berawal dari sebuah
percakapan, debat antara ruh (yang menginginkan kemenangan spiritual )
dengan nafsu/ego yang mencari kepuasan hal-hal yang paling dasar.
Ruh akan bertanya pada ego : “Kamu sudah selesai makan ?” yang
kemudian dijawab : “Belum, aku masih ingin beberapa gigitan lagi,
makanan ini sungguh enak.” Pada saat itu diri yang suka mencela
( an- nafs al-lawwamah ) akan mengatakan : ” Tapi kamu tidak
menjaga sunnah dalam hal makan.” Itulah titik keputusan : untuk
mengamati sunnah atau tidak – untuk menjaga disiplin atau tidak
– untuk mengontrol nafsu atau tidak.

Untuk alasan itulah Nabi mengatakan : Berkontemplasi selama sejam
adalah lebih baik daripada 70 tahun ibadah. Berarti apa yang dicapai
dalam meditasi tidak bisa dicapai dengan hanya ibadah, karena iblis
juga menyibukkan diri dengan ibadah terus menerus, tidak ada bagian
dari surga dan bumi tersisa tanpa bekas dari sujud mereka. Namun
pada akhirnya iblis gagal akibat ego pemberontakkannya. Hanya karena
satu perintah Tuhan yang tidak dia patuhi menjadikannya jatuh dalam
kehinaan.

Syaikh Abul Hasan ash-Shadili mengatakan: ” Buah dari muraqabah (
meditasi ) adalah talenta karunia dari Ilahi.” Tapi meditasi
tidak bisa dilakukan diantara banyak orang, namun dengan mengisolasi
diri ( al-uzlah ). Dalam faktanya, alasan utama orang duduk menyendiri
adalah untuk melakukan meditasi. Meditasi itu benar-benar terpisah
dari semua mata dan telinga orang lain. Memberi kesempatan kalian
untuk melatih ego, menungganginya, seperti seorang joki menaiki
gunungnya sendiri. Begitu kalian menunggangi ego, maka dia tidak akan
bisa mengontrol kalian lagi. Ketika kalian mengatakan : ” Aku
tidak mau makan.” Dia akan mengatakan,” Aku mendengar dan aku
patuh.” Bila tidak dilatih, maka kalian yang akan di kendalikan
oleh ego.

Itulah sebabnya mengapa seorang guru bisa menguji murid-muridnya
dengan memberi mereka makanan yang berlebihan. Ujian semacam itu
sebenarnya untuk memerangi keinginan ego untuk tidak makan, yang
biasanya terasa bila perut telah kenyang dan makanan tidak begitu
lezat. Dalam menjaga cara-cara sufisme, tidak ada hal dilakukan untuk
menuruti keinginan ego. Jadi jika Syaikh memerintahkan kalian untuk
makan semangkuk penuh makanan lembut dan hambar, maka kalian harus
memakannya dengan senang hati, karena itu adalah kepatuhan dimana
Syaikh akan menaikkan maqam kalian.

Dan bila Syaikh membagikan makanan lagi, makanan yang penuh barakah
berasal dari tangan beliau, dari hasil ibadah-ibadah beliau, dan
menyiapkan makanan itu ketika beliau berdoa dan bershalawat atas Nabi
– lalu kalian, walaupun dengan cara paling halus mengatakan
“Ini sudah cukup.” Hal itu menampakkan ketidak patuhan kalian,
keinginan dalam hati kalian untuk mengatakan “Tidak, aku tidak
ingin makan lagi.” Maka hati-hatilah, jika reaksi kalian pada
sesuatu yang sebenarnya tidak membahayakan adalah seperti itu, lalu
bagaimana bila selanjutnya Syaikh meletakkanmu dalam ujian yang lebih
berat?

April 6, 2007 at 3:31 am Tinggalkan komentar

Yudas yang di Salib

Farisi adalah para pemimpin yang membuat banyak aturan bagi rakyatnya untuk mengejar kehidupan materialistik dan mengabaikan tujuan surgawi. Mereka tidak melihat bagaimana Yesus Kristus datang dengan cara yang ajaib karena pikirannya dipenuhi hal-hal duniawi. Mereka mengatakan Yesus adalah sebuah firman Tuhan. Yang berarti ketika Tuhan mengatakan ,”Jadilah !” dan terjadilah dia dalam eksistensinya.

Yesus tidak mempunyai ayah. Begitu juga dengan Adam, beliau tidak berayah dan tidak beribu, bahkan itu lebih ajaib dari Yesus. Namun tidak ada yang mengatakan kalau Adam itu putra Tuhan. Mengenai hal ini, mungkin Yesus pernah mengatakan, ”Ayah !” sebagai tingkatan tertinggi dari rasa hormatnya pada Tuhan, bukan karena hubungan beliau dengan Tuhan. Sebuah ciptaan adalah suatu hal dan Penciptanya adalah sesuatu yang lain lagi. Mustahil bagi Sang Pencipta menjadi seperti ciptaan-Nya. Seorang manusia bisa mempunyai seorang anak dan ketika ayahnya meninggal, anaknya menggantikan posisinya, namun Tuhan tidak akan hilang dari eksistensi supaya sang anak menggantikan posisi-Nya.

Anak-anak biasanya mewarisi sesuatu dari ayahnya. Jika Anda memandang anak Anda, mereka ada kemiripan dengan Anda. Mungkin hidung atau bibirnya mirip. Dan jika Yesus adalah sang anak, maka seharusnya beliau ada kemiripan dengan Ayah-nya. Tuhan Yang Maha Kuasa mempunyai sifat yang terkenal, yaitu Dia tidak pernah mati, Dia adalah abadi. Mustahil bila seorang manusia sebagai Anak Tuhan bisa meninggal.

Sesuatu yang tidak bisa kalian terima, kecuali dalam khayalan kalian. Bisa saja kalian mempercayainya , namun kalian tidak akan mengambil manfaat darinya. Mungkin saya bicara terlalu banyak, kadang saya bertanya pada orang-orang beragama, “ Sampai kapan kalian akan menyalib manusia itu dan menggantungnya ? Belum cukupkah sampai hari ini ? Kapan kalian turunkan dia untuk istirahat ? Dia harus istirahat! Cukup sudah ! semua orang sudah melihatnya.”

Keadaannya ( disalib. Penerj ) menunjukkan posisi sebagai seorang manusia lemah. Posisi terlemah ! dan seharusnya dia punya kuasa ! jika aku mempercayai mereka, dia seharusnya maha kuasa. Dan yang mereka tunjukkan malah seseorang yang paling lemah untuk bisa di imani. Saya harus bertanya pada semua orang ,” Bagaimana saya bisa beriman pada seseorang yang tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri ? lalu bagaimana dengan yang lain ?”

Banyak sekali injil tentang Yesus Kristus. Ketika saya pergi ke Iznik, sebuah kota dekat Istambul. Ada sebutan aneh untuk sebuah pertemuan yang diadakan disana, yaitu Nicea. Saya berada disana, kota paling tua dan paling terkenal dalam sejarah Kekristenan. Dikelilingi oleh dinding-dinding tua. Ketika saya melihat-lihat dibawah kubah-kubah besar, mereka membawaku ke sebuah tempat yang luasnya 25 meter persegi di kedalaman 5 meter. Pemandu mengatakan bahwa ruangan itu penuh dengan tengkorak-tengkorak dan tulang- tulang ratusan manusia.

Arkeolog dari Eropa pernah datang dan membukanya, mereka memeriksanya lalu mengatakan bahwa orang-orang ini telah di kubur semasa Dewan Nicea, yang dilaksanakan di tempat itu di abad ke-4. Pada masa pemerintahan Konstantinopel, mereka menyadari bahwa semua injil ternyata berbeda di seluruh dunia, mereka lalu mengatakan, ” Oh, ada yang seperti ini, ada yang seperti itu…begitu banyak perbedaan.” Lalu mereka putuskan bahwa hanya ada 4 kitab dari ratusan yang ada. Bisa saja mereka menolak kitab-kitab yang benar, karena tak seorangpun mampu memutuskan manakah yang asli dari keempat injil itu, karena masing-masing juga berbeda. Kalau memang benar asli, tentunya cukup satu saja, tapi empat!

Mereka memusnahkan seluruh kitab itu kecuali empat injil. Mereka bunuh semua orang yang membawa injil-injil yang berbeda, supaya tidak lagi kembali dan menuliskannya lagi. Mereka musnahkan kitab-kitab mereka, membunuh pemiliknya dan meletakkannya di tempat itu. Makanya, banyak sekali tipuan-tipuan lewat agama Kristen sampai saat ini. Begitu banyaknya ide-ide yang berbeda, dan kalian tidak bisa mengatakan mana yang benar di antara kitab-kitab mereka. Keempatnya membicarakan tentang penyaliban meskipun kebanyakan injil-injil lain tidak menerima konsep itu.

Seperti kita tahu, mereka berkumpul untuk menangkap Yesus Kristus, beliau mengadakan sebuah pertemuan dengan murid-murid beliau. Orang-orang Romawi datang untuk menangkap dan menyalib beliau. Lalu Yudas keluar. Mereka menunggu Yesus (as) keluar supaya dapat menangkap beliau.

Ketika mereka menunggu, Yudas mengatakan,” Aku harus kedalam dan membawa Yesus pada kalian.” Namun ketika Yudas ke dalam, Tuhan mengirim malaikat Jibril untuk membawa Yesus naik ke Hadirat Tuhan agar tak seorangpun bisa menyentuhnya. Disaat yang sama, Tuhan membuat kepala Yudas mirip dengan Yesus. Bukan tubuhnya, hanya kepalanya. Orang-orang Romawi menunggu dan menunggu. Karena tak seorangpun keluar, mereka menyerbu masuk, bertemu dengan Yudas, mereka mengatakan, “ Ini Yesus Kristus!” Mereka menangkapnya, membawanya dan menyalibnya.

Lalu, ketika mereka menyadari bahwa kepala dan tubuhnya berbeda, mereka mengatakan, “ Dimana Yudas ? jika orang ini Yudas, dimana Yesus ? Jika dia Yesus, lalu dimana Yudas ?” Mereka mulai meragukannya dan Tuhan telah mengirim Yesus ke surga. Sebagai hukuman bagi Yudas, dialah yang disalib, bukan Yesus.

Sampai hari ini, Yahudi dan juga orang Kristen ragu akan apa yang terjadi. Mereka juga bertanya,” Dimana Yudas ? dia menghilang begitu saja ? apakah Yesus juga menghilang ? salah satu dari mereka pasti berada di salib itu.”

Mereka terus ragu dan mengatakan hal yang berbeda. Mereka tahu salah satu dari mereka pasti menghilang. Mereka mengatakan bahwa Yesus di salib lalu di angkat ke surga. Lalu bagaimana dengan Yudas ? kemana dia pergi ?

Tanya:
1. Mereka mengatakan bahwa Yudas pergi dan gantung diri di pohon.

2. Bagaimana dengan cerita bahwa Yesus bangkit dari kematian dan kembali serta mengajari murid-muridnya, setelah mereka membuka kuburan beliau 3 hari kemudian ? Beliau datang dengan pakaian putih, memberi nasihat, dan makan bersama murid-muridnya. Salah satu murid bernama Thomas, dia berjumpa dengan beliau di jalan lalu mengatakan,” Aku kira Anda sudah meninggal.” Lalu Yesus mengatakan,” Tidak, aku tidak mati, lihat luka itu masih disini.” Dan beliau tunjukkan sebuah sayatan dan paku-paku menembus tangannya, apakah semua ini dongengan saja ?

Jawaban Syaikh Nazim:
Hal itu sama sekali berlawanan. Karena jika mereka mengatakan sesuatu, segalanya harus di atur sedemikian rupa. Mereka siap dengan segala macam pertanyaan.

Ini dilakukan tanpa menyentuh keimanan mereka. Karena Tuhan pernah berfirman,” Tak seorangpun mampu menyentuh Yesus. Dia diambil dengan cara yang sama ketika dia datang, tanpa ada kesulitan baginya. “

Tanya:
Tapi para murid yang mencintai Yesus yang menulis hal ini, bagaimana bisa mereka menulis kebohongan ?

Dijawab oleh salah satu hadirin:
Tidak. Orang-orang yang menulis injil-injil itu hidup di masa 80-120 tahun kemudian.

April 6, 2007 at 3:30 am Tinggalkan komentar


Mei 2024
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Blog Stats

  • 653.202 hits

Top Clicks

  • Tidak ada

RSS Feed yang Tidak Diketahui

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

RSS Feed yang Tidak Diketahui

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

This website is worth
What is your website worth?
Add to Google

Syafii Photos